Blog Apa Adanya


web widgets

Rabu, 09 Juli 2014

*Tekhnik Pembelajaran Brass / Horn line ".........*

Mengapa teknik yang benar,,...??

Dalam dunia musik, khususnya Marching Band, seorang pelatih maupun
pemain dituntut dapat menciptakan sebuah pagelaran dengan kualitas yang tinggi.
Sebuah standar akan ditetapkan dalam suatu set musik/pagelaran tertentu. Dalam
dunia musik Marching Band, alat tiup menjadi sorotan agar konsep dan tema yang
ditawarkan oleh Marching Band tersebut dapat tersampaikan dengan baik kepada
penonton yang melihat dan mendengar penampilan mereka.
Dalam menetapkan sebuah standar penampilan pasti ada yang harus
dipersiapkan terlebih dahulu, yaitu Sumber Daya Manusia (SDM) yang memenuhi
standar, baik itu:
- standar musik (Musikalitas),
- standar teknik bermusik dan ber-Display (skill bermusik & drill ),
- Mindset untuk menjadi pemusik (mental bermusik).
Memang masih banyak standar lain yang tidak kalah penting untuk digunakan
sebagai acuan dalam bermusik, namun ketiga poin diatas kita anggap sebagai
standar yang paling utama saat kita bermain musik dalamframe Marching Band.
Dalam buku ini kita akan mencoba untuk meramu ketiga unsur tersebut
dengan pendekatan yang mudah untuk dimengerti sekaligus aplikatif. Seringkali
musikalitas yang dimiliki seseorang tidak didukung dengan skill bermusik yang benar
dan tepat, sehingga menjadikan seseorang tertahan dalam suatu situasi tertentu dan
tidak berkembang alias "STAGNANT“. Kondisi ini jelas-jelas akan merugikan kita
sebagai seorang musisi.
Sebaliknya, jika kita telah mempunyai teknik yang handal dan juga tepat, namun kita
tuli akan nada, tidak dapat menyamakan tempo, dan tidak dapat menyelami arti
sebuah komposisi musik, maka ini juga akan menghambat kita untuk menjadi musisi
yang handal.
Sedangkan faktor ketiga yaitu “Mental Bermusik“, adalah faktor yang
menentukan kita untuk dapat meramu kedua faktor sebelumnya, mengembangkan
kemampuan dan kelebihan yang kita miliki serta mendelegasikannya dengan percaya
diri kepada khalayak luas, sehingga penonton dapat menginterpretasi dan menilai
dengan baik penampilan kita.
Seringkali kita mengalami
sendiri ataupun mendengar                         
cerita dari pengalaman    
pemusik lain, ketika berlatih
maupun akan tampil dalam
sebuah pagelaran faktor ini
akan menunjukan musikalitas
dan juga skill bermusik dapat
dibuktikan dan ditunjukkan
pada penonton dengan
pembawaan yang tenang, dan akan menghasilkan sebuah pagelaran yang “Apik“.
Mental bermusik ini tidak hanya digunakan dalam penampilan saja, namun juga saat
latihan rutin sehari-hari. Tidak sedikit dari kita saat mempelajari suatu teknik kadang
merasa marah/kesal kepada diri sendiri dan cenderung menyalahkan diri saat tidak
bisa mengejar materi, atau merasa bosan dengan teknik yang diulang terus
menerus. Seringkali hal ini menyebabkan kita tidak dapat dan tidak mau meneruskan
sesi latihan yang sebenarnya masih jauh dari selesai. Ini bisa terjadi karena ketika
seseorang berada dalam kondisi marah ataupun kesal, kita cenderung tidak dapat
berfikir dengan jernih lagi.
Kembali dalam frame Marching Band, kita harus selalu berfikir untuk menang,
baik dalam kompetisi yang
sedang atau akan kita ikuti,
serta dalam mengalahkan diri
kita sendiri. Menang tidak
selalu berarti menjadi urutan
pertama dalam sebuah
kompetisi, namun menang
juga dapat berarti kita telah
memenangkan sebuah
kompetisi untuk dapat
bermain dengan teknik yang benar dan tepat. Dapat dipastikan untuk membuat
musik yang menawan, teknik yang baik sangat dibutuhkan. Diharapkan setelah
menguasai seluruh teknik dengan benar, kita tidak akan mengalami kesulitan dalam
mempelajari sebuah komposisi musik yang membutuhkan sebuah teknik tertentu dan
rumit.
Teknik dalam bermain alat tiup sudah barang tentu menyangkut pernafasan
dan juga posisi bibir yang tepat. Banyak dari kita khususnya dalam dunia Marching
Band hanya menitikberatkan untuk membentuk pemain dalam waktu yang cepat
dengan teknik ala kadarnya, yang pada akhirnya akan menimbulkan kesulitan ketika
kita dituntut untuk memainkan sebuah komposisi musik dengan baik. Setelah
memilki dan menguasai teknik yang baik dan benar, maka diharapkan sebuah musik
yang menawan akan dapat kita mainkan bersama..,,,!!!!
Kita adalah yang kita pikir tentang kita..,,!!
Kita harus berfikir bahwa kita adalah orang yang memiliki kemampuan luar
biasa, melebihi dari orang-orang biasa yang tidak memiliki kepercayaan ini. Dengan
memiliki pola pikir seperti ini, kita akan membawa diri kita pada kesuksesan dalam
melakukan semua latihan yang ada.
Pola pikir ini dapat kita terapkan dalam beberapa urutan sebagai berikut:
 Ide dasar yang harus kita miliki ketika kita belajar bermain alat tiup adalah:
selalu berfikir tentang suara yang baik, bagus dan indah. Suara yang indah
adalah alat untuk mengukur tingkat kualitas permainan kita. Selalu
berusaha untuk meniup dengan suara yang indah dalam setiap latihan dan
juga permainan yang kita lakukan.
 Suara yang indah dan benar akan membantu kita dalam membentuk range
dan juga ketahanan dalam bermain. Tapi yang lebih penting, suara indah
adalah pondasi dalam membentuk karakter bermusik kita. Namun sekali lagi
jangan sampai kita terhambat dengan pola pikir kita sendiri, karena memang
indahnya suara dan kesempurnaan suara adalah hal yang sama relatifnya
dengan kecantikan. Mungkin menurut kita Demi Moore adalah sosok wanita
yang cantik, namun Angelina Jolie jauh lebih seksi dibanding Demi Moore.. =)
Yang dibutuhkan Untuk menjadi musisi alat tiup yang handal..
1. Selalu berfikir positif dan juga selalu antusias dengan kecintaan kita terhadap
bermain alat tiup, yang kita implementasikan dalam permainan/latihan kita
sehari-hari
2. Selalu persiapkan diri anda dengan baik!! Selalu siapkan diri kita sebelum
memulai latihan dan juga penampilan. Selalu siapkan materi (cari referensi) dan
juga pelajari materi yang akan kita mainkan atau latihkan. Jika kita menemukan
kesulitan dalam materi yang akan kita mainkan, bertanyalah kepada pelatih.
3. Selalu berfikir ke depan. Apa yang akan dipelajari pada sesi berikutnya, atau
teknik apa yang akan kita pelajari?? Jadikanlah over prepare dalam latihan atau
penampilan sebagai suatu hal yang biasa. Dengan begitu kita akan menetapkan
sebuah standar yang tinggi dalam bermain, dan dalam pengasahan skill kita.
Selalu ingat, kita harus mengetahui apa yang sedang dan akan kita kerjakan,
atau apa yang harus kita perbaiki, karena jika kita hanya menjalani rutinitas
latihan tanpa mengetahui apa yang ingin kita capai (tanpa target) dan apa yang
harus kita benahi, sama saja kita berjalan tanpa arah. Kita akan terus berada
dalam level skill yang sama dan pada akhirnya kita hanya menjadi musisi
stagnan.
4. Pastikan semua yang kita lakukan benar-benar akan membuat kita menjadi
pemain alat tiup yang handal.
Sebenarnya masih banyak yang kita perlukan untuk menjadi musisi alat tiup
yang baik. Selalu ingat bahwa kita harus disiplin dan juga bersabar dalam berlatih.
Disiplin berarti selalu melakukan segala latihan yang kita jalani dengan sistematis
dan tidak asal-asalan. Sebagai contoh, kita harus mempelajari cara bernafas yang
benar sebelum memasuki fase belajar meniup alat. Kita juga harus bersabar
menjalani rutinitas yang kita lakukan, karena biasanya hambatan yang terbesar
dalam berlatih ada pada diri kita sendiri. Seringkali karena sudah terlalu bosan, atau
kesal karena tidak juga berhasil dalam bermain sehingga sering dimarahi oleh
pelatih, akhirnya kita menyerah pada keadaan yang merugikan. Selalu ingat, kita
adalah individu yang memiliki kemampuan yang luar biasa dibandingkan dengan
orang lain. Termasuk di dalamnya, kita adalah orang yang tangguh dalam
menghadapi segala situasi dan kondisi apapun.
Latihan yang kita lakukan sehari-hari adalah latihan intensif dengan target
sekaligus pressure (tekanan) yang tinggi, serta sangat komprehensif. Intensif berarti
kita harus fokus dan juga selalu hadir sepenuhnya dalam tiap sesi latihan yang kita
lakukan (*tidak menerawang atau memikirkan hal yang bukan-bukan), selalu berlatih
dengan berpikir keras, dan juga mengerti benar esensi yang hendak dicapai dalam
latihan yag kita jalani. Komprehensif berarti latihan yang kita lakukan harus
mencakup seluruh hal umum berdasarkan skill yang dibutuhkan dalam bermain alat
tiup dengan baik : teknik, gaya bermusik (*orkestra, marching band, band, dll).
Sekedar “practice makes perfect” adalah hal yang salah!! Hanya latihan yang
benar yang akan membuat kita sempurna. Selalu pelajari sebuah teknik dan
komposisi lagu dengan benar di tiap latihan, sehingga kita tidak perlu
mempelajarinya berulang kali karena kesalahan dalam mempelajarinya pada tahapan
awal. Dalam melatih ataupun mengajar orang-orang yang berbakat kita akan
menemukan banyak kemudahan. Namun yang menjadi tantangan sebenarnya adalah
bagaimana kita membentuk orang-orang yang kurang mempunyai talenta dalam
bermusik, tetapi mereka memiliki antusiasme yang tinggi untuk dapat berhasil dalam
bermusik.
Musik adalah seni dari suara, yang dapat berarti sebuah ekspresi dan juga
komunikasi. Dalam bermain musik -khususnya alat tiup, alat yang kita gunakan tidak
lebih dari sebuah amplifier, sedangkan suara yang baik dan sempurna adalah
temuan kita yang hanya dapat diperoleh dalam proses latihan yang panjang. Ongkos
materi dan psikologis yang kita keluarkan dalam proses pembelajaran ini juga
tidaklah murah, setidaknya kita harus merogoh dalam-dalam potensi lahir dan batin
yang kita miliki. Satu hal yang paling penting tujuan dari kita mempelajari musik,
baik secara kinestetik ataupun teoritikal, hanya bertujuan untuk membuat tubuh kita
lebih baik dalam mencerna proses belajar yang kita lalui, dengan kata lain kita
membuat tubuh kita lebih cerdas melalui perubahan yang kita lakukan dalam tiap
latihan yang kita jalani.

,,..- Anda adalah orang yang istimewa -,,..
Terlepas dari apakah anda seorang pemain baru, atau pemain lama yang ingin
bermain dengan teknik yang baru, tetap anda adalah orang yang berbakat dan
istimewa. Mengapa anda istimewa? Karena anda memiliki bakat yang mungkin anda
sendiri tidak sadar bahwa Anda memilikinya. Berlatar belakang pendidikan psikologi,
saya memegang benar prinsip John Locke, seorang ilmuwan psikologi yang percaya
benar bahwa seseorang dilahirkan di dunia ini layaknya seperti kertas putih. Memang
kita diwariskan gen-gen dan sifat-sifat tertentu dari kedua orang tua kita. Warisan
tersebut akan bermanfaat, hanya jika kita menggunakannya dengan cara yang
benar. Kita percaya bahwa setiap dari kita memiliki kemampuan bermusik. Namun
memang butuh sedikit motivasi dan juga stimulus agar bakat tersebut dapat muncul
ke permukaan. Untuk pemain yang ingin memperbaiki teknik, satu hal yang harus
diperhatikan sebelum anda mempelajari buku ini adalah, anda harus menanggalkan
baju ego anda untuk dapat berhasil dalam mempelajari teknik-teknik dasar ini.
Keistimewaan lain yang anda miliki adalah rasa penasaran dan keingintahuan
yang tinggi. Hanya berdasarkan dengan dua rasa inilah anda akan dapat menjumpai
sensasi yang luar biasa dalam perjalanan musikal anda. Rasa ingin tahu akan
memicu anda dengan banyak pertanyaan dan juga sanggahan terhadap pengalaman
musikal anda. Mungkin di satu sisi, ketika anda melihat seorang musisi favorit, atau
senior anda dalam berlatih, satu pertanyaan yang umum akan muncul dalam benak
anda adalah, „Bagaimanakah mereka dapat bermain sebaik itu?“. Dengan bermodal
pertanyaan tersebut anda akan mulai mencari info dan juga berbekal sedikit sok tahu
tentang apa yang mereka lakukan (walaupun belum tentu hal yang anda duga dan
cari tersebut adalah hal yang tepat serta benar). Di sisi lain rasa penasaran yang
tinggi akan membawa anda pada kondisi
yang terus berkembang. Dengan memiliki
rasa ini, anda akan memicu diri anda
sendiri pada level yang tidak pernah
diduga sebelumnya. Rasa ini tidak akan
pernah membiarkan anda cepat puas
dengan apa yang telah anda raih dan kuasai, oleh karena itu hal ini sangat penting
dalam proses belajar yang sebentar lagi akan anda rasakan.
Untuk memahami kedua rasa sensasional ini anda tidak perlu pintar dan juga
bertampang lumayan. Karena kecerdasan dan fisiologis kita hanyalah merupakan
faktor pendukung dalam proses belajar ini. Selalu ingat bahwa anda spesial bukan
karena anda bertubuh sempurna, berbaju kecerdasan dan beraksesoris kepuasan,
namun cukup dengan memiliki dua rasa yang ada diatas maka anda akan menjadi
seorang pribadi dengan citarasa yang tinggi,,..







INDAHNYA SEBUAH PEMANASAN...
Saat field commander atau komandan alat menyuruh, “Buat setengah lingkaran, dari trumpet sampai tuba…, rapikan barisan, jaga jarak! Kita mulai pemanasan…!”, apa yang kira-kira terlintas dalam benak para pemain tiup? Barangkali kebanyakan berisi:
- Aduh, ‘do’ panjang lagi, ‘do’ panjang lagi…
- Buat apa sih pemanasan tiup, kan tadi udah pemanasan fisik (lari, push up)
- Nanti malem pulang jam berapa yah? Saya mau telp pacar nih…



Susah rasanya untuk menyebut lebih dari 10% pemain tiup sangat antusias untuk mengikuti latihan pemanasan alat. Dan yang terjadi adalah pemanasan tersebut hanya berupa sebuah ‘ritual formal’ yang harus dijalankan tanpa membuahkan suatu hasil apapun, selain ‘keringat dan pegal’.


Lalu sebetulnya apa yang mengharuskan kita melakukan pemanasan alat tiup? Dan yang lebih penting, bagaimana membuat pemanasan itu menarik dan ‘indah’? Suatu hal yang kiranya diperhatikan oleh pelatih, agar pemanasan lebih diminati oleh pemain.
Biasanya pemanasan dimulai dari nada panjang skala do, berdurasi 4 sampai 8 ketuk setiap nadanya, dilanjutkan staccato skala do, dan lip slur. Mari kita telaah satu per satu pemanasan tersebut.

Long tones

Disebut juga nada panjang. Nada panjang bukan saja berarti pencapaian nada harus sesuai dengan ketukan yang dituju (4 atau 8 ketuk), namun juga pengaturan nafas yang sedemikian rupa sehingga kualitas dan intensitas suara merata sepanjang ketukan itu. Kebiasaan yang terjadi di beberapa brass section adalah, ketika nada pertama ‘do’ dibunyikan, maka tidak semua alat membunyikan secara serentak, terkadang ½ ketuk setelah dimulai, dan bahkan nadanya juga bukan nada ‘do’. Mengapa demikian?


Ada 2 teknik yang perlu diperhatikan:
a. JANGANLAH MULAI DENGAN MENIUP NADA ‘DO’.
Kondisi paru-paru, tenggorokan, diafragma, dan bibir belum fleksibel untuk memulai meniup. Lakukan pemanasan nafas terlebih dahulu. John Ericson (2002) mempunyai tips yang cukup efektif dalam melatih pernafasan. Dia mengatakan kemampuan diafragma untuk menampung udara hanya 75% saja, dan untuk memaksimalkannya membutuhkan latihan otot diafragma dan otot-otot disekitar tulang iga untuk berkembang.
Teknik latihan (gunakan metronome):
- Tarik nafas 4 ketuk
- Tahan nafas 4 ketuk
- Buang nafas 4 ketuk
- Istirahat 4 ketuk
- Mulai lagi dengan tarik nafas, begitu seterusnya
- Lanjut ke 6 dan 8 ketuk masing-masing


Dr. Bradley Ulrich dalam buku “Building a Better Trumpet Section” (2001) dari Jupiter Music menambah latihan nafas menjadi:
- Exercise No. 1
- 4 ambil nafas, 4 buang nafas (ulangi)
- 2 ambil nafas, 2 buang nafas (ulangi)
- 1 ambil nafas, 1 buang nafas (ulangi)
- rest
- Exercise No 2
- 4 ambil nafas, 4 buang nafas (crescendo saat buang nafas)
- 4 ambil nafas, 8 buang nafas (crescendo saat buang nafas)
- 4 ambil nafas, 12 buang nafas (crescendo saat buang nafas)
- rest
- 2 ambil nafas, 4 buang nafas (crescendo saat buang nafas)
- 2 ambil nafas, 8 buang nafas (crescendo saat buang nafas)
- 2 ambil nafas, 12 buang nafas (crescendo saat buang nafas)
- rest
- 1 ambil nafas, 4 buang nafas (crescendo saat buang nafas)
- 1 ambil nafas, 8 buang nafas (crescendo saat buang nafas)
- 1 ambil nafas, 12 buang nafas (crescendo saat buang nafas)


Fokus perhatian:
- Perhatikan postur tubuh, jangan biarkan bahu pemain terangkat saat mengambil nafas. Ini berarti dia masih menggunakan nafas ‘paru-paru’.
- Dalam keadaan berdiri tegap, suruh tiap pemain memegang perut. Saat mengambil nafas, rasakan perut mereka kembang/kempis.
- Pada saat mengeluarkan nafas, jangan biarkan leher dan bibir tegang, agar jalur udara benar-benar keluar seutuhnya dari paru-paru.


Filosofi latihan:
- Terangkan kepada mereka, dengan latihan sepertinya ini akan terbiasa menggunakan nafas ‘perut’ dalam meniup, ketimbang nafas ‘paru-paru’. Dan tenaga untuk meniup semakin kuat.
- Atur nafas agar semakin panjang nafas yang dikeluarkan, kekuatan atau intensitas nafas sama sepanjang ketukan.


b. JANGANLAH MULAI DENGAN MENIUP NADA ‘DO’ LAGI.
Loh, jadi kapan kita bisa mulai meniup ‘do’? Ada suatu ketika dimana saat pemain meniup ‘do’, suara yang ditimbulkan adalah ‘twa-twa’ (Ericson, 2002) – atau nafas dulu yang keluar sebelum nada. Maka efek yang ditimbulkan adalah setiap ketukan 1, suara tidak timbul secara serentak. Dr Bradley Urich (2001) menyebutkan alasannya antara lain:
- Nafas yang dipakai pemain kurang mencukupi ke dalam alat.
- Posisi gigi terlalu rapat, jarak yang ideal adalah sama dengan menggigit kuku anda
- Bibir terlalu tegang. RELAX!


Teknik latihan:
- Bila suara ‘twa’ timbul di nada ‘do’, jangan lanjut ke nada ‘re’. Ulangi lagi nada ‘do’ 4 ketuk, sampai semuanya tidak ada kesan ‘twa’ saat meniup.
- Lakukan teknik ‘baps’ (Ericson, 2002), dimana pemain akan bermain nada pendek dulu, seperti aksen, kemudian baru diikuti nada panjang. (DO’…… Dooooooo)
Fokus perhatian:
- Terkadang saya menggunakan artikulasi ‘Ta’ setiap tiupan pertama, agar ketukan setiap pemain sama, namun sebisa mungkin jangan ada unsur ‘aksen’ dalam nada itu.
- Tambah nafas perut lagi agar, suara ‘twa’ tidak timbul


Filosofi latihan:
- Terangkan kepada mereka, suara ‘twa’ akan merusak ketukan pertama, lagu, dan kejernihan suara. Ubah suara ini sedini mungkin sejak latihan pemanasan.


Kesimpulan 
Beberapa hal yang harus diperhatikan selama latihan pemanasan bagi seorang pelatih adalah:
a. Ubah persepsi ‘ritual formal’ yang membosankan menjadi suatu latihan detail yang berpengaruh pada aplikasi lagu.
b. Temani atau ikuti perkembangan pemanasan. Jangan tinggalkan field commander saat mereka sedang pemanasan. Justru saat ini dipergunakan pelatih untuk membenarkan detail bermain setiap pemain.
c. Jangan biasakan meniup skala ‘do’ sampai habis saat pemain mulai kehilangan konsentrasi, dalam arti ‘twa’ semakin banyak, pemain melirit kanan kiri, posisi hornline yang semakin tidak terarah. Berhenti saat itu juga dan ulangi skala ‘do’ lagi, sampai semuanya bisa fokus.


So, ini baru bagian pertama dalam sebuah pemanasan awal, dan masih banyak hal yang bisa membuat pemanasan ini terasa ‘indah’.
Selamat menikmati ke’indahan’ latihan.

TEAM PELATIH MB PT PUSRI GOES TO GPMB 2009 "Welcome To Sriwijaya"...

   
             K' Toni                                          K' Mukti                                             Ivan Joe
      ( Percusion & Music )    ( Pitc instrument   &  Display )                    (  Brass / Horn line )
                                                       



      K' Tedi                                               K' Ade Roy
( Brass / horn line )                   ( Drill Desain & perlengkapan )


Semoga Marching Band PT PUSRI Semakin Sukses N' Maju ............

MB PT PUSRI 
Jln. May Zen Komplek PT PUSRI Palembang 30118



Penulis



Ivan joe

Tidak ada komentar:

Posting Komentar